Oleh: Slamet Widodo
Wali Siswa Kelas 4A
Kegiatan kelas papat hari ini merupakan ajang untuk berjual beli atau bertansaksi. Mereka menjual aneka makanan non packaging dan ramah lingkungan. Kegiatan ini dilakukan di halaman SDIT Al-Khairat, Warungboto.
Beberapa hari sebelumnya atas dawuh pak Guru dan di amini para ibu-ibu walimurid, maka anak-anak melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Persiapan, Perencanaan, Penyusunan Waktu Pelaksanaan.
Lalu para guru melakukan Monitoring dan dilanjut dengan Pengujian Proses dan Hasil hingga akhirnya ada Evaluasi Pengalaman.
Dalam berjualan, Rasulullah saw mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Maksudnya, tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya. Meski demikian, Rasulullah adalah seorang yang profesional. Beliau selalu mencari cara yang beda dan baru dalam menjual barang jualannya.
Sisi lain, ada pola jualan berbasis kapitalisme. Dimana kapitalisme secara tidak adil telah mendapat kebencian selama 200 tahun dan selalu dipandang sebagai sistem buruk yang mana para politisi selalu mengelak mendeklarasikan kapitalisme karena betapa buruknya istilah ini.
Kapitalisme memiliki sebuah prinsip yang sangat dibenci oleh orang-orang: persaingan dan kompetisi.
Istilah persaingan di Indonesia tampaknya prinsip kolektif dalam ekonomi Pancasila yang berusaha untuk menghindari persaingan (Mubyarto, 2003).
Bung Karno sendiri dalam berbagai pidatonya sering menolak prinsip persaingan dalam ekonomi dan menolak pasar bebas yang memiliki watak free fight atau bebas menghajar siapapun demi keuntungan (Bung Karno, 2015).
Prinsip persaingan dan kompetisi inilah yang dianggap sebagai biang kerok kerusakan. Dengan adanya prinsip kompetisi dan persaingan, kapitalisme secara praktis melakukan penghisapan terhadap dhuafa'.
Sesungguhnya persaingan dan kompetisi dalam kapitalisme bukanlah seperti anggapan setiap orang. Menghalalkan segala cara termasuk merampas hak orang lain bukanlah prinsip kapitalisme dan bukanlah watak kompetitif.
Kapitalisme memiliki gambaran bahwa kompetisi dalam ekonomi pasar berarti kebebasan bagi setiap orang untuk berkarya dan menghasilkan yang terbaik dari apa yang mereka jual.
Prinsip kompetisi berasas pada kebebasan pasar, di mana setiap orang memiliki hak untuk berkarya, berinovasi, dan menjual hasil kerjanya. Karena setiap orang memiliki hak yang sama untuk berkarya, maka tidak boleh ada individu atau institusi yang melarang seseorang untuk menjual hasil karyanya (Butler, 2018).
Kapitalisme mengizinkan setiap orang untuk menawarkan hasil kerja terbaiknya untuk mendapat keuntungan, dan kapitalisme mengizinkan setiap orang untuk membeli dan menikmati produk barang apapun yang disukainya.
Kekuatan pasar berada pada keinginan dan naluri setiap individu yang memiliki kebebasan untuk memilih, karena itulah kapitalisme mengizinkan persaingan.
Dengan adanya kompetisi yang sehat, setiap orang berlomba-lomba untuk mencari sebanyak-banyaknya konsumen yang ingin membeli produk yang dijualnya. Hal ini bisa dilakukan jika mereka bisa memuaskan konsumen
Naluri untuk mendapat untung dari kepuasan konsumen inilah yang kemudian mendorong inovasi dan kreativitas. Setiap orang berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan sesuatu yang disukai banyak orang.
Kapitalisme menghargai inovasi dan kreativitas setiap orang, karena itulah alih-alih membatasi pasar, kapitalisme mendorong kebebasan bagi setiap orang untuk berkompetisi secara sehat. Berlomba-lomba untuk memuaskan konsumen dengan produk terbaik mereka. Jadi, kompetisi dan persaingan yang dimaksud kapitalisme bukanlah tindakan saling jegal dan saling menghancurkan, tetapi secara fair mendorong setiap orang berlomba-lomba menunjukan karya terbaiknya untuk dijual dan memuaskan banyak orang.
Komik Benny & Mice yang berjudul ‘Talk about Hape”. Berisi humor segar seputar handphone di tahun 2006-an. Di mana pada saat itu raksasa-raksasa teknologi saling bersaing untuk mendominasi pasar telepon genggam. Ponsel merk Sony Ericson, Nokia, Siemen, Motorola, Samsung, Blackberry bahkan Nexian bersaing secara ketat untuk merebut pasar Indonesia.
Bukan hanya ponsel, kartu seluler juga saling bersaing. merk seperti Simpati, XL, Telkomsel, Esia, Flexi, 3, Indosat, M3, Axis saling bersaing dengan apa yang dinamakan ‘perang tarif’. Masing-masing perusahaan kartu selular berusaha menunjukkan bahwa merekalah yang paling murah.
Kembali pada MD hari ini, para lapak anak-anak yg sudah di skenario oleh para Guru. Ternyata mampu terjual habis di hari perdana ini. Tentu ini ada muatan edukasi psiko-marketing bagi anak-anak kita tercinta. Event ini akan masuk ke alam pikiran bawah sadar anak dan terpatri dalam dan kuat (ukiran di atas batu) bahwa "aku berbakat dagang sebagaimana Rasullullah saw berdagang". Demikian tekad dalam hati anak-anak kita.
Sehingga sepulang di rumah, sang anak masih demen di dapur memasak telor goreng aroma masa kini dan di suguhkan kepada ayah tercintanya. Inikah yang namanya bahasa cinta anak kepada orang tuanya.
Tentu orang tua pun akan tetap mengembangkan bakat dan talenta lainnya dari anak-anaknya. Maka bersama para guru seraya berucap ''bi bismillahirrohmanirrohiim" ku didik anakku untuk bisa mengelola zaman dengan akhakul karimah.
Salam didik